Rabu, 30 Maret 2016

makalah gigi incicivus

MAKALAH MENGENAI GIGI INSISIVUS






DI SUSUN OLEH:
1.   AGUNG PERMANA
2.   DAMAD
3.   JAKSI LASUMA
4.   LISA PUTERI PERTIWI          



KATA PENGANTAR

   Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang GIGI INSISIVUS. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu dini selaku Dosen mata kuliah Teknik Radiofotografi.
       Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai gigi insisivus. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
       Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.




         Bekasi,Maret 2016
                                                                                                           
                                                                                                                      Kelomok 1                                              


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................................... ii
BAB 1     PENDAHULUAN..................................................................................................................................... 1
               1.1 LATAR BELAKANG........................................................................................................................... 1
               1.2 RUMUSAN MASALAH....................................................................................................................... 1
               1.3 TUJUAN PEMBAHASAN.................................................................................................................... 2
               1.4 MANFAAT.......................................................................................................................................... 2
               1.5 RUANG LINGKUP.............................................................................................................................. 2
BAB II  ISI.............................................................................................................................................................. 3
               2.1 PENGERTIAN MORFOLOGI GIGI....................................................................................................... 3
               2.2 BENTUK GIGI DESIDUI...................................................................................................................... 3
                             2.2.1 INSISIVUS PERTAMA BAWAH KIRI................................................................................... 4
                             2.2.2 INSISIVUS KEDUA BAWAH KIRI....................................................................................... 4
               2.3 PEMERIKSAAN INSISIVUS RAHANG BAWAH KIRI.......................................................................... 4
               2.4 KELAINAN PADA GIGI...................................................................................................................... 5
                             2.4.1 KELAINAN PADA GIGI....................................................................................................... 6
BAB III ISI DAN PEMBAHASAN........................................................................................................................... 7
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................................................................... 8
               4.1 KESIMPULAN..................................................................................................................................... 8
               4.2 SARAN................................................................................................................................................ 8
                            4.2.1.1 RADIASI............................................................................................................................ 9
                            4.2.1.2 ALAT DAN BAHAN........................................................................................................... 9
                            4.2.1.3 MENJAGA KEBERSIHAN.................................................................................................. 9
                            4.2.2 LAMANYA PEMERIKSAAN................................................................................................. 12
  DAFTAR PUSTAKA                       




BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  LATAR BELAKANG
            Morfologi sebagai salah satu ilmu yang mempelajari tentang bentuk gigi penting untuk dipelajari mahasiswa. Dimana dengan mempelajari tentang gigi mahasiswa ATRO PERSADA NUSANTARA (Jurusan Teknik Radiodiagnostik & Radioterapi) dapat mengetahui morfologi gigi, letak gigi incicivus kiri bawah, dapat melakukan pemeriksaan dental, serta kelainan-kelainan bentuk gigi yang ada.
Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta perkembangan sosial budaya mengakibatkan tinggi angka kecelakaan, pembunuhan dan peristiwa-peristiwa lain yang kadang-kadang mengakibatkan kesulitan dikenalinya korban
tersebut. Di lain pihak adanya tuntutan untuk segera dilakukan nya identifikasi secara tepat pada korban tersebut. Dan salah satu identifikasi yang paling penting adalah umur. Penentuaan umur dapat di lakukan dengan pemeriksaan penutup sutura, inti penulangan, penyatuan tulang serta pemeriksan gigi.
Penggunaan gigi sebagai identifikasi memberikan keuntungan dikarenakan sifat gigi yang keras dan tahan terhadap cuaca, kimia, maupun trauma selain itu gigi manusia mempunyai sifat diphypodensi dimana setiap gigi mempunyai konfigurasi dan relief yang berbeda dan perubahan yang terjadi karena umur atau proses patologis/intervensi pada gigi dapat menjadi informasi lain.

                                                                                                                    
1.2.  RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, ialah sebagai berikut :
1.    Apakah pengertian dari morfologi gigi?
2.    Dimana letak gigi incicivus bawah?
3.    Bagaimana pemeriksaan dental incicivus kiri bawah?
4.    Apa saja kelainan pada gigi?




1.3.  TUJUAN PEMBAHASAN
Untuk memberikan informasi tentang gigi incicivus agar mahasiswa mampu mengetahui anatomi gigi incisivus rahang bawah, formulasi gigi permanent dan prosedur pemeriksaan gigi incicivus dengan baik dan benar.

1.4 MANFAAT
          Untuk menambah pengetahuan mengenai gigi insisivus,agar mahasisiwa bisa membedakan anatara gigi insisivus dengan gigi lainnya


1.5.  RUANG LINGKUP
Segala sesuatu yang berkaitan dengan pemeriksaan dental bagi tenaga medis ataupun calon tenaga medis khususnya dalam bidang radiodiagnostik dan radioterapi.














BAB II
ISI

2.1  Pengertian  Morfologi  Gigi
Morfologi gigi adalah ilmu yang mempelajari bentuk gigi. Bentuk gigi sangat bermacam-macam dengan fungsi dan letak  masing-masing. Menurut masa pertumbuhan gigi manusia morfologi gigi dibagi menjadi 2 yaitu, Morfologi gigi Decidui (Gigi susu) dan morfologi gigi permanent.            

2.2  Bentuk-bentuk Gigi Desidui
Gigi desidui terdiri atas 4 bagian, yaitu :
1.           Gigi Incicvus Atas
2.           Gigi Incicivus Bawah
3.           Gigi Kaninus
4.           Gigi Molar
Gambar & keterangan gigi bagian kiri

Disini kami akan membahas gigi incicivus bawah yang terdiri dari :


2.2.1.   Incicivus Pertama Bawah (Kiri)
Incicivus pertama bawah adalah gigi pertama di rahang bawah, kanan atau kiri dari garis tengah/median. Pada umumnya, gigi ini adalah gigi paling kecil dalam lengkung gigi. Lebar koronanya sedikit lebih besar dari setengah ukuran mesio-distal Insisivus pertama atas, tetapi lebar labio-lingualnya hanya lebih kecil 1mm. Perbaikan tidak mudah dilakukan pada gigi ini, tetapi untungya, gigi ini jarang sekali perlu diperbaiki. Akarnya, satu, sempit mesio-distal, panjang akar hampir sama dengan Insisivus pertama atas dan apeksnya bengkok ke distal.

2.2.2.   Incicivus Kedua Bawah (Kiri)
Incicivus kedua bawah adalah gigi kedua dari garis median. Karena gigi ini membantu Incicivus pertama dalam tugasnya. Maka bentuk fungsionalnya sama. Pada umunya bentuknya mempunyai persamaan yang nyata dengan Incicivus bawah, hanya ukurannya lebih besar, dan daerah kontak distal lebih rendah agar dapat berkontak baik dengan gigi C bawah serta edge insisal miring ke distal dan tidak tegak lurus pada garis yang membagi korona labio-lingual, seperti dapat terlihat pada Incicivus bawah.


2.3  Pemeriksaan Incicivus Rahang Bawah (Kiri)
Prosedur pemeriksaan :
- setelah mengatur faktor eksposi, maka pasien dipersilahkan duduk dan diatur posisinya
- atur kepala pasien hingga lower occlusal plain sejajar  bidang lantai
-  pasien diinstruksikan untuk membuka mulut
- lalu film dental dimasukkan kedalam mulut pasien dengan posisi memanjang pada pertengahan gigi insicivus  yang diperiksa
- lalu perintahkan pasien untuk menahan posisi film yang sudah diatur tersebut dengan menggunakan jari telunjuk yang berlawanan dari sisi yang diperiksa
- kemudian penyudutan tabung yang telah diatur sebelumnya diarahkan pada gigi yang diperiksa
  Central Ray (CR)
            25-30 cranially
  Central Point (CP)
            Sinar disentrasikan pada simfisis menti
  Kriteria Gambar
            Tampak jelas gambaran gigi insicivus rahang bawah yang diperiksa tanpa terjadi elongation, foreshortening ataupun distorsi.


2.4 Kelainan Pada Gigi
a.    ANODONTIA
Kelainan tidak adanya gigi yg di sebabkan oleh gangguan atau kerusakan     Lamina Dental selama tahap awal pembentukan embrio. Bila seluruh gigi tidak ada disebut Anodonsia Total, biasanya disertai kelainan ektodermal lain seperti tidak adanya kuku dan rambut. Apabila gigi yg tidak ada hanya sebagian disebut Anodonsia Sebagian, Hypodonsia, atau Oligodonsia.
Kasus yang sering di jumpai:
~ Incisivus lateral decidui dan incisivus    central, lateral bawah decidui ( 0,1%-0,7% dari seluruh anak)
~ Incisivus lateral, premolar dua dan molar tiga permanent kasusnya 3%-10% dari jumlah anak.
b.    SUPERNUMERARY
Supernumerary disebabkan karena berlanjutnya pembentukan benih gigi atau karena proliferasi sel yg berlebihan(gigi berlebih cenderung menurun dalam satu keluarga). Bentuk umumnya merupakan duplikat dari gigi disebelahnya. Bila terletak di regio insisivus dan caninus disebut Mesiodent, dan bila terletak di regio molar disebut distomolar atau paramolar.


                                        
2.4.1 KELAINAN STRUKTUR GIGI
1.           Konkresen (Concrensense) adalah menyatunya sementum dua buah gigi yg bersebelahan karena trauma atau lokasi benih yg salah selama pembentukan akar.
2.           Fusi (Fusion) adalah dua buah gigi yg menyatu karena Lamina Interdentalnya tidak berkembang atau karena sebab genetik autosomal dominan.
3.            Geminasi adalah gigi dgn satu akar tetapi memiliki dua mahkota (terlihat spt gigi kembar) disebut jugagemination teeth atau conate teeth. Penyebabnya invaginasi bakal gigi, faktor lokal, sistemik, atau genetik.
4.            Evaginasi Gigi adalah gigi dgn cusp berlebih dan berbentuk tidak normal, disebabkan hyperplasia lapisan Ektomesenkim atau faktor genetik.
5.            Invaginasi Gigi ( Dens Indente), secara klinis terlihat sebagai tonjolan didaerah cingulum gigi incisivus disebabkan terselubungnya organ enamel diantara mahkota gigi. Sering terjadi pd incisivus lateral atas dan bawah.
6.            Dilaceration, akar gigi membengkok tajam, antara 45º s/d 90º.
7.            Flexion, akar gigi yang membengkok kurang dari 45º.
8.            Segmented Root adalah akar gigi yang terpisah, biasanya karena trauma.
9.            Dwarfed Root, akar gigi yang lebih pendek dari ukuran normal.
10.        Hypercementosis, pembentukan sementum yg berlebihan disekitar gigi   setelah gigi erupsi, biasanya karena trauma, infeksi periapikal dan  gangguan metabolisme.
11.         Enamel Pearl, email berbentuk bulat spt mutiara terletak didaerah  bifurkasi gigi molar atas.
12.        Taurodontia, gigi dengan ruang pulpa yg sangat panjang ( tidak ada pengecilan disekitar cemento enamel junction).
13.        Amelogenesis Imperfecta, penyakit keturunan yg mengganggu pembentukan email baik pd gigi susu maupun gigi permanent. Email dpt terbentuk sedikit atau tidak sama sekali, shg mahkota gigi terlihat kuning kecoklatan dan permukaannya kasar.
14.         Fluorosis adalah gangguan email karena kelebihan fluor, email tampak berbintik shg terkesan gigi berlubang-lubang.
15.        High Fever, email berbintik pd gigi permanent, terjadi akibat demam pd masa kanak-kanak, (penyakit campak).
16.        Focal Hypomaturation, bintik-bintik pd lokasi tertentu, yaitu 1/3 bagian tengah mahkota gigi, sebagian akibat adanya trauma pd pematangan matriks gigi.
17.        Dentinogenesis Imperfecta, gigi tidak memiliki dentin, secara klinis warna gigi terlihat kuning / abu-abu.



BAB III
ISI DAN PEMBAHASAN


Gigi seri (identis insisivus) adalah gigi yang terdiri satu akar yang berfungsi untuk memotong dan mengerat makanan atau benda lainnya. Gigi seri berada pada bagian depan dengan bentuk yang tegak dan tepi yang tajam. Seperti sekop atau tatah.
Jika kita tidak merawat dan jarang menggosok gigi, gigi kita akan menjadi rusak karena sisa-sisa makanan yang menempel dalam gigi bisa membuat gigi berkarang bahkan bolong. Menurut penelitian, anak pada usia 12, paling tidak mengalami kerusakan satu buah gigi akibat jarang menggosok gigi dan terlalu banyak memakan permen, sehingga harus ditambal atau dicabut. Nah, karena itu rajin-rajinlah menggosok gigi dan jangan terlalu banyak memakan permen dan coklat. Demikian sekilas Jenis Gigi Dan Struktur Gigi Pada Manusia, semoga bermanfaat



BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 KESIMPULAN
1)       Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa Morfologi adalah Ilmu yang mempelajari tentang bentuk gigi
2)       Berdasarkan usia pertumbuhan, gigi manusia dibagi menjadi gigi desidui (gigi susu) dan gigi permanen (gigi tetap)
3)       Gigi desidui (gigi susu) terdiri dari: 2 insisivus, 1 Caninus dan 2 Molar sehingga keseluruhan gigi desidui berjumlah 20 buah
4)       Dapat mengetahui cara pemeriksaan dental pada gigi incicivus rahang kiri bawah
5)       Mengetahui kelainan-kelainan pada gigi



4.2 SARAN
1. Hendaknya penelitian berikutnya dilakukan pengelompokan berdasarkan umur dan
    populasi, bukan hanya jenis kelamin saja.          
2. Penggunaan analisis Bolton dalam menentukan rencana perawatan ortodontik
    sebaiknya didukung oleh metode analisis





4.1.2 PATIENT SAFETY
    1. Hak pasien
    2. Mendididik pasien dan keluarga
    3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
    4. Penggunaan metoda metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
        Dan program peningkatan keselamatan pasien
    5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
    6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
    7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

4.2.1.1  Radiasi     

      Sinar-X diperlukan dalam membuat gambaran radiografi. prinsipnya, Sinar-X mampu menembus bahan dan mencatat hasil gambaran itu pada plat film.(mungkin) ada saja orang yang takut di rontgen karena radiasinya itu, tapi dampaknya itu gak sebesar manfaatnya . Dengan rontgen, kita bisa melihat ada tidaknya kelainan pada organ tubuh bagian dalam seperti tulang tanpa harus melakukan pembedahan. Hal ini sangat menguntungkan sekali buat pasien karena tidak menimbulkan rasa sakit.untuk diketahui, sebelum dilakukan ekspose/pengambilan gambar terhadap pasien, Radiografer terlebih dahulu melakukan pembatasan dosis radiasi seperti pengaturan tingkat daya tembus, pengaturan waktu, dan pembatasan penyinaran. jadi sangat aman

    4.2.1.2 ALAT DAN BAHAN PELINDUNG/ PESAWAT YANG DI GUNAKAN
a)       Safety Helmet
              Berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang bisa mengenai kepala secara
              langsung.
b)      Sabuk Keselamatan (safety belt)
              Berfungsi sebagai alat pengaman ketika menggunakan alat transportasi ataupun            
              peralatan lain yang serupa (mobil, pesawat, alat berat, dan lain-lain)           
c)       Sepatu Karet (sepatu boot)
              Berfungsi sebagai alat pengaman saat bekerja di tempat yang becek ataupun berlumpur.
              Kebanyakan di lapisi dengan metal untuk melindungi kaki dari benda tajam atau berat,   
              benda panas, cairan kimia, dsb.
d)      Sepatu pelindung (safety shoes)
             Seperti sepatu biasa, tapi dari bahan kulit dilapisi metal dengan sol dari karet tebal dan
             kuat. Berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang menimpa kaki karena tertimpa
             benda.tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dsb
e)       Sarung Tangan
             Berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat atau situasi yang   
             dapat mengakibatkan cedera tangan. Bahan dan bentuk sarung tangan di sesuaikan
             dengan fungsi masing-masing pekerjaan
f)       Tali Pengaman (Safety Harness)
             Berfungsi sebagai pengaman saat bekerja di ketinggian. Diwajibkan menggunakan alat         
             ini di ketinggian lebih dari 1,8 meter.
g)      Penutup Telinga (Ear Plug / Ear Muff)
             Berfungsi sebagai pelindung telinga pada saat bekerja di tempat yang bising.
h)      Kaca Mata Pengaman (Safety Glasses)
              Berfungsi sebagai pelindung mata ketika bekerja (misalnya mengelas).
i)       Masker (Respirator)
             Berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di tempat dengan kualitas
             udara buruk (misal berdebu, beracun, dsb).
j)        Pelindung wajah (Face Shield)
              Berfungsi sebagai pelindung wajah dari percikan benda asing saat bekerja (misal )
              pekerjaan menggerinda)
k)      Jas Hujan (Rain Coat)
              Berfungsi melindungi dari percikan air saat bekerja (misal bekerja pada
              waktu hujan atau sedang mencuci alat).

Semua jenis APD harus digunakan sebagaimana mestinya, gunakan pedoman yang benar-benar sesuai dengan standar keselamatan kerja (K3L : Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan)

      
    4.2.1.3 MENJAGA KEBERSIHAN

1)      Senantiasa memelihara lingkungan dengan menghayati nilai-nilai budaya, adat istiadat, agama dari penderita, keluarga dan masyarakat pada umumnya.
2)      Wajib dan tulus ikhlas terhadap pasien dengan memberikan pelayanan terbaik terhadapnya. Apabila ia tidak mampu atau menemui kesulitan, ia wajib berkonsultasi dengan teman sejawatnya yang ahli atau ahli lainnya.
3)      Wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui baik ha-sil pekerjaan profesinya maupun dari bidang lainnya tentang keadaan pasien yang telah bersedia dirinya untuk diperiksa.
4)      Wajib melaksanakan peraturan-peraturan kebijaksanaan yang telah digariskan oleh Pemerintah di dalam bidang kesehatan.
5)      Demi kepentingan penderita setiap saat bekerja sama dengan ahli lainnya yang terkait dan melaksanakan tugas secara cepat, tepat da terhormat serta percaya diri akan kemampuan profesinya.
6)      Wajib membina hubungan kerja yang baik antara profesinya dengan profesi lainnya demi kepentingana pelayanan terhadap masyarakat.

4.2.2   LAMANYA PEMERIKSAAN
Pemeriksaan dental insisivus mempunyai hasil yang sangat bervariasi tergantung pada respon imun saat pemeriksaan laboratorium dilakukan dan lamanya kelainan yang dialami penderita.


DAFTAR PUSTAKA
1.      Google Website. 2012. Perkembangan dan pertu mbuhan gigi. Diakses tanggal 11 Maret 2013 dari situs
2.       Beek, G. 1996. Morfologi Gigi. Jakarta: EGC

3.      PERKEMBANGAN OKLUSIhttp://rssm.iwarp.com/gigi.htm4.

4.       periode gigi bercampur pada anak http://www.infogigi.com/article/periode-gigi-bercampur-pada-anak.html

5.      Geoffrey C.Van Baek , Morfologi gigi: edisi 2; 29-713.